Senin, 06 Maret 2017

Sukses Berjualan Abon Jamur


Salah satu makanan yang disukai orang adalah abon. Mengapa? Karena abon cukup bergizi dan tahan disimpan dalam waktu yang lama. Biasanya cara penyajian abon ditabur di atas nasi, bubur, mi instan, atau menjadi bahan isian lemper. Para pembuat roti dan kue juga berinovasi untuk menjadikan abon sebagai toping. Tidak hanya itu, abon juga tidak ada salahnya dinikmati secara langsung seperti halnya mengudap camilan.

Selama ini orang-orang mengenal bahan baku abon adalah daging, semisal daging ayam, daging sapi, atau ikan. Sekarang ternyata abon juga bisa dibuat dari bahan nabati yang kandungan proteinnya cukup tinggi, misalnya jamur. Sang kreator abon berbahan jamur di Indonesia adalah pemegang merek "Ailani".

Bisnis abon jamur sangat menguntungkan. Ada beberapa pertimbangan yang menentukan antara lain; pola hidup sehat mulai dipilih masyarakat. Mereka cenderung memilih makanan berserat, contohnya jamur.

Pemilik "AilaniFood", Ahmad Nasution, sangat optimis produknya akan digemari masyarakat. Ia merasakan dari waktu ke waktu, permintaan abon jamur terus meningkat. Dan nilai ekonomisnya pun ada. Usaha abon jamur tidak perlu modal banyak. Bisa memanfaatkan peralatan dapur yang sudah dimiliki.

Abon jamur mempunyai tekstur berserat mirip dengan serat daging apabila diolah dengan bagus dan benar. Cita rasanya gurih dan sedap. Semua usia boleh mengonsumsinya, dari bayi umur 6 bulan sampai lanjut usia.

Hal senada juga diutarakan Kusni, pembuat abon jamur merek "Medales 16". Kusni menambahkan bahwa permintaan abon jamur terus dicari konsumen karena mereka tak suka makan daging atau ikan.

Bahan baku melimpah

Harga bahan baku abon jamur relatif murah dibanding daging dan mudah diperoleh. Pembuat abon jamur tidak kuatir karena pasokan bahan baku lebih dari cukup karena budidaya jamur tiram mudah dijumpai.

Produsen abon jamur "Ailani" mengisahkan, awal mula ia berbisnis olahan jamur tiram. Beberapa tahun yang lalu, saudaranya yang membudidayakan jamur tiram kesulitan menjual hasil panen, padahal jamur tidak tahan lama. Akhirnya ia mencoba mengolah jamur tiram menjadi makanan yang tahan lama. Setelah berkali-kali mencoba, ia memutuskan membuat abon jamur pada tahun 2010.

Ide membuat abon jamur sebenarnya dari sang ibu, Rahlani, yang memberi usulan agar jamur digiling. Dan hasilnya adalah abon yang berserat. Maka sebagai penghormatan, saya beri merek "Ailani" yang merupakan singkatan Abon Ibu Rahlani.

Ahmad memulai usaha dengan modal Rp 10 juta. Ketika itu hanya  mampu menghasilkan 6 kg –10 kg abon jamur per hari. Sekarang ia dibantu delapan karyawan untuk memproduksi abon jamur sebanyak 40 kg – 60 kg per hari.

Ailani Food memiliki delapan varian abon jamur yakni original, pedas, balado, barbeque, keju, jagung bakar, vegan original dan vegan pedas. Harganya dipatok Rp 22.000 per bungkus. Wilayah pemasaran sudah menjangkau Pulau Jawa, Bali, beberapa kota di Pulau  Sumatra dan Kalimantan.

Ailani Food menjual produknya melalui sistem offline dan online. Untuk offline, mereka mendistribusikannya langsung ke toko-toko, supermarket, dan pasar modern lainnya. Penjualan via online memanfaatkan jejaring sosial media dan situs www.ailanifood.com.

Ailani Food menjamin abon racikannya tidak mengandung unsur hewani, rendah kolesterol, dan bebas bahan pengawet. Hal ini penting karena yang mengkonsumsi bukan hanya masyarakat umum melainkan kelompok masyarakat vegetarian yang sadar betul mengenai pola hidup sehat.
Bagaimana, apakah Anda juga berminat menjajal usaha abon jamur?


*Disadur dari www.kontan.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar