Senin, 20 Februari 2017

Meraih Sukses dengan Menekuni Berjualan Tempe


Di kota Yogyakarta, pengusaha yang menggeluti bisnis tempe, konon ribuan jumlahnya. Namun Viska Syahrul memproduksi tempe yang diberi label Super Dangsul tampil beda dari yang lainnya. Berkat strategi pemasaran dan proses pembuatan yang khas, tempe Super Dangsul sangat laku di pasaran.

Pada 23 Maret 1998, Viska Syahrul bersama Yuri Kurniasih, istrinya, membangun usaha tempe Super Dangsul di Wiyoro Kidul, Baturetno, Banguntapan, Bantul. Ia memulainya ketika krisis moneter berdampak pada usaha cor aluminium yang ditekuninya sejak SMA tidak bisa beroperasi lagi karena ongkos produksi yang sangat tinggi tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh.

Viska memutar otak dan pilihan jatuh pada bisnis di bidang makanan. Alasannya sederhana dan sangat masuk akal. Manusia pasti selalu butuh makan setiap hari. Dan kota Yogyakarta yang selalu diramaikan oleh para pelajar dan mahasiswa dari luar kota bahkan luar pulau adalah tempat yang ideal untuk menjual makanan.

Pada awalnya, Viska menjual tempe yang dibuat oleh kerabatnya. Setelah berjualan selama lebih kurang enam bulan, ia memutuskan untuk mempekerjakan seseorang dan ia pun berjualan di pasar lain.

Viska merasa kurang puas kalau hanya berjualan tempe di pasar saja, maka ia mengembangkan strategi pemasaran. Ia menawarkan tempe buatannya langsung ke warung-warung. Bermula dari sini, ia mendapatkan ide untuk membuka peluang usaha bagi orang lain dengan sistem persen, yakni memberikan 10% dari hasil penjualan tempe ke sales yang berhasil menjual produknya.

Untuk meningkatkan produksi, Viska memproduksi tempe sendiri. Ia pun meluangkan waktu sekitar tiga bulan untuk mempraktikkan pembuatan tempe. Pada masa ini Viska akhirnya menemukan komposisi yang pas sehingga melahirkan tempe yang berkualitas dengan warna yang kuning kecoklatan saat digoreng.

Tempe Super Dangsul diklaim Viska rasanya gurih tanpa bahan kimia serta pengawet. Pelangggannya kebanyakan warung makan dan restoran yang berada di seputaran Jogja, Bantul, dan Sleman. Permintaannya luar biasa, lebih dari 1.000 tempat makan. Kalau mau membeli eceran di pasar, hanya ada empat pasar besar yang menjual tempe Super Dangsul, yakni Pasar Sentul, Prawirotaman, Gedongkuning, dan Kranggan.

Viska Syahrul dan istrinya tak pernah mengira bahwa usaha yang dimulai dari 20 kilogram kedelai untuk dijadikan tempe itu sekarang menjadi 1,2 ton per hari. Penghasilan yang diperolehnya pun terbilang besar, yakni Rp 12 juta per hari.


*Disadur dari sumber http://www.solopos.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar