Senin, 13 Februari 2017

Sukses Berbisnis Kerupuk


Tahun 1992, Nurati bersama suami bikin usaha kerupuk ikan dan udang. Beliau tinggal di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. Ketika itu Nurati bantuan satu ton tepung tapioka sebagai bahan utama membuat kerupuk.

Dengan peralatan seadanya, mereka mulai bekerja membuat adonan kerupuk. Dibantu anggota keluarga, Nurati bersama suaminya mulai memasarkan hasil usahanya ke beberapa warung di Desa Kenanga dan sekitarnya.

Nurati mengakui, pada awalnya merasa kesulitan memasarkan produksi usahanya karena di desanya sudah banyak yang membuka usaha serupa yakni usaha kerupuk. Tentu pengusaha lain yang sudah lama berkecimpung telah memiliki permodalan yang cukup besar. Sementara Nurati tidak bermodal uang sama sekali.

Namun hal itu tidak membuat Nurati patah semangat. Ia dengan tekun mengelola bisnis kecil-kecilan ini. Konsumen mulai menggemari hasil produksinya. Seiring semakin banyaknya pesanan, dia semakin bersemangat berbisnis kerupuk yang digelutinya ini.

Perlahan tapi pasti, usahanya mampu memberikan harapan bagi keluarganya. Perekonomian keluarga makin membaik. Setelah mampu bertahan, Nurati memberanikan diri untuk menambah modal usaha pada dua tahun berikutnya.

Kepada kerabatnya, Nurati meminjam uang sebesar Rp25 juta. Ia berkeyakinan dengan suntikan modal tersebut akan membuat usaha kerupuknya semakin maju. Dulu produksinya hanya satu ton per hari. Kini bertambah menjadi 2 ton dan mempekerjakan hingga 40 karyawan.

Nurati memberi label kerupuk hasil produksinya dengan nama perusahaan kerupuk Cap Dua Mawar. Produksinya sekarang berhasil merambah pasar ke luar daerah. Salah satu daerah yang menjadi langganannya adalah Kota Surabaya Jawa Timur.

Meski sempat mengalami pasang surut usaha, namun kerupuk Cap Dua Mawar tetap mampu bertahan. Nurati mengakui, semakin tingginya pesanan kerupuk dalam beberapa tahun terakhir, karena dia selalu menjaga kualitas hasil produksi.

Nurati pantang untuk mengurangi takaran bumbu- bumbu serta racikan ikan dan udang. Pasalnya, akan berpengaruh pada cita rasa kerupuk. Pelanggan rasanya tidak akan mempersoalkan harga, yang penting cita rasa tetap terjamin.

Pada tahun 2007, Nurati mengembangkan usaha dengan meningkatkan alat-alat pembuat kerupuk dan tempat menyimpan kerupuk yang bisa menampung 2 ton adonan kerupuk. Selama ini Nurati kesulitan mencari tempat yang paling nyaman.

Pada tahun 2008, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menawari Nurati kredit usaha kecil menengah (UKM). Dia mendapatkan persetujuan kredit Rp1 miliar. Uang tersebut digunakan untuk menambah gudang penyimpanan kerupuk dan peremajaan alat pembuat kerupuk.

Dengan sarana yang memadai, usaha pembuatan kerupuk Cap Dua Mawar semakin optimal dan mampu menghasilkan kerupuk yang bermutu semakin baik. Omset penjualan pun terus merangkak naik.

Cita rasa kerupuk yang variatif juga menjadi rencana jangka panjangnya dalam menggeluti usaha ini. Alasannya sederhana bahwa selera orang tentu berbeda-beda, agar pelanggan mempunyai pilihan sesuai seleranya maka dibuatlah kerupuk aneka rasa.


sumber: economy.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar