Selasa, 07 Februari 2017

Menuai Rezeki dari Kreasi Barang Bekas



Bekas botol kaca dan plastik acap menumpuk di sekitar kita. Sebenarnya kita dapat memanfaatkan barang-barang tidak terpakai tadi agar lebih bernilai.
Kita bisa mencontoh yang dilakukan Yusum Widi Astuti, Herman Purwanto, dan Tom Iwa Kustiawan.  Mereka memanfaatkan botol-botol bekas menjadi kerajinan yang bernilai jual tinggi.

Bermula dari suka
Adalah Yuyun yang kecintaannya terhadap kerajinan,  membuatnya berpikir bagaimana memanfaatkan botol-botol bekas kemasan itu. Untuk mendapatkan ide yang menarik,  ia mencari artikel dan browsing  contoh-contoh kerajinan daur ulang di dunia maya. Beragam karya sudah dihasilkannya mulai dari dompet, tempat pensil, perhiasan, gelang, anting, tempat tisue, dan beberapa kerajinan lainnya.
Permintaan dan respon pembeli atas produk kerajinannya terus meningkat. Karena itu, Yuyun membuat buku tentang pembuatan berbagai aneka bros dari botol plastik warna sembari memasarkan produk daur ulang botol bekas melalui Facebook.

Kalau Herman Purwanto mengaku prihatin atas penebangan hutan dan tumpukan sampah yang jumlahnya meningkat. Untuk mengurangi tumpukan sampah itulah, ia memanfaatkan botol dan sampah lain sebagai bahan kerajinan.

Herman Purwanto serius menggarap daur ulang sampah hingga mendirikan Herco Craft pada 2014. Ia membuat aneka produk daur ulang yang berasal dari sampah organik dan sampah botol kaca. Produknya antara lain gelas, anting, kalung, sendok, piring, dekorasi rumah, tas wanita, topi dan dompet.
Khusus tas, topi, dan dompet terbuat dari sampah organik yang diramu sampai menjadi sejenis lembaran kertas, tapi bukan kertas. Komposisinya didapatkan setelah riset selama lima tahun.
Sedangkan untuk anting, kalung, lampu hias, gelas, piring, sendok dan dekorasi rumah berbahan baku botol kaca bekas.
Aneka kerajinan ini dihargai mulai Rp 75.000 hingga Rp 200.000 per item.
Tas wanita ukuran sedang dihargai mulai Rp 200.000, topi koboi mulai Rp 300.000 dan dompet mulai Rp 150.000. Adapun untuk dekorasi rumah dihargai mulai Rp 500.000. Lama pengerjaan sekitar 2 minggu 3 minggu, jika sedikit rumit butuh waktu sekitar 3 bulan.
Herman mengaku pernah mendapatkan pesanan termahal dengan proses pembuatan mencapai 6 bulan dari Australia, yakni barang dekorasi rumah berbentuk ikan arwana setinggi 2 meter. Saat itu ia membanderol kerajinan itu seharga sekitar Rp 100 juta.

Sedangkan Tom Iwa Kustiawan hanya memanfaatkan limbah bohlam dan botol bekas. Inspirasinya datang ketika menonton televisi yang menayangkan karya seni dari botol.
Ia membuat bohlam bekas atau botol minuman bekas menjadi berbagai macam produk kerajinan bernilai jual tinggi, seperti kapal dalam botol, foto pigura dalam botol, gantungan kunci, lampu hias botol hingga kreasi dari sampah styrofoam. Aneka kreasinya ini dihargai mulai Rp 5000 hingga Rp 250.000 per pieces.

"Rahasia pembuatannya hanya perlu ketelatenan, ketekunan, kecermatan, dan kesabaran yang tinggi, dengan itu semua akan dihasilkan karya yang berseni," ucap Tom.
Ia hanya melakukan produksi sesuai pesanan saja karena untuk menyalurkan hobi dan mengisi waktu setelah pulang kerja. Biasanya untuk kreasi lampu botol, ia bisa mendapat pesanan dua buah lampu per minggu.

Tom memasarkan produknya lewat online, seperti blog dan Facebook. Dari pemasaran online itu pesanan datang dari berbagai daerah, seperti Bandung, Jakarta, Kediri, Medan, Batam, Samarinda, Makasar, Palu, dan Denpasar.




Dirangkum dari: peluangusaha.kontan.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar